Harun Yahya : Kebenaran Tentang Takdir

By | March 14, 2018

Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali apabila dikehendaki Alloh. Sesungguhnya, Alloh adalah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. (Q.S. Al Insan, 76 : 30)

Sebgai hasil eksperimen yang dilakukannya tahun 1973, Professor Benjamin Libet, ahli neurofisiologi di Universitas California, mengungkapkan bahwa semua keputusan dan pilihan kita sudah ditentukan sebelumnya dan bahwa kesadaran muncul untuk berperan hanya setengah detik setelah semuanya ditentukan. Oleh para ahli neurofisiologi lain, maknanya dijelaskan bahwa sesungguhnya kita hidup pada masa lalu dan bahwa kesadaran kita bagaikan monitor yang menunjukkan segalanya setengah detik lebih lambat.

Dengan demikian, tidak satu pun pengalaman yang kita rasakan terjadi dalam waktu sebenarnya, tetapi terlambat setengah detik dari peristiwa nyatanya sendiri. Libet melaksanakan risetnya dengan menggunakan fakta bahwa pembedahan otak dapat dilakukan tanpa penggunaan narkosis, dengan kata lain, ketika pasien sepenuhnya sadar. Libet merangsang otak pasien dengan arus listrik kecil dan ketika mereka mengalami persepsi bahwa tangan mereka telah disentuh, pasien menyatakan bahwa mereka merasakan “sentuhan” itu nyaris setengah detik sebelumnya. Sebgai hasil pengukurannya, Libet sampai pada simpulan berikut :

Semua persepsi biasanya ditransmisikan ke otak. Ketika persepsi ini dievaluasi dan diinterpretasi secara bawah sadar, si ego tidak menyadari apapun. Informasi yang muncul di depan benak kita, dengan kata lain apa pun yang kita sadari, ditransmisikan ke korteks, bagian kesadaran, setelah ada jeda tertentu.

Simpulan dari hal ini bisa dirangkum sebgai berikut : keputusan untuk menggerakkan otot terjadi sebelum keputusan ini mencapai kesadaran. Selalu ada jeda antara proses neurologis atau perseptual dan ketika kita menjadi sadar akan pemikiran, perasaan, persepsi, atau gerakan yang ditimbulkannya. Dengan kata lain, kita hanya bisa menyadari sebuah keputusan setelah keputusan itu sudah diambil.

Dalam percobaan Professor Libet, jeda ini bervariasi antara 350 dan 500 milidetik meskipun keputusan yang muncul tentu saja tidak bergantung pada angka-angka tersebut. Karena, menurut Libet, berapa lama pun jeda tersebut-tidak ada pengaruh apakah lama atau sebentar, satu jam atau satu mikrodetik-kehidupan fisik kita selalu berada pada masa lalu. Hal ini menunjukkan bahwa setiap pemikiran, emosi, persepsi, atau gerakan terjadi sebelum mencapai kesadaran kita.

Dalam percobaan lain, Professor Libet menyerahkan keputusan kepada pasien kapan untuk menggerakkan jari. Otak pasien dipantau pada saat jari mereka bergerak dan diamati bahwa sel otak yang relevan beraksi sebelum pasien benar-benar mengambil keputusan. Dengan kata lain, perintah “lakukan!” mencapai individu dan otak disiapkan untuk melakukan tindakan; individu baru menyadari ini setengah detik belakangan.

Dia tidak mengambil keputusan untuk bertindak dan kemudian melakukan tindakan itu, tetapi sebaliknya melakukan tindakan yang sudah ditentukan untuknya. Namun, otak membuat penyesuaian; menghilangkan kesadaran bahwa seseorang sebetulnya hidup pada masa lalu. Karena itu, pada saat kita merujuk waktu “sekarang”, kita sebetulnya menjalani sesuatu yang sudah ditentukan pada masa lalu. Sebagaimana telah dibahas, penelitian ini menjelaskan fakta bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak Alloh.

Sumber : Keajaiban Al Qur’an – Harun Yahya

Photo by Kristopher Roller on Unsplash

NOTE :
Mau update artikel-artikel mencerahkan melalui smartphone seperti yang barusan Anda baca? Langsung saja save + invite nomor WA saya di 0856 9974 568. Bagi yang invite saya akan bagikan BONUS sebuah free ebook atau audiobook. TINGGAL PILIH. Dua-duanya keren koq.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *